Breaking News
Loading...
Kamis, 30 April 2015

Info Post
Diagram mollier atau diagram P – h, menunjukkan karakteristik dari gas refrigeran, yang menyatakan hubungan antara tekanan (P) pada ordinat dan enthalpy (H) pada absis dari siklus refrigerasi. Seperti yang terlihat pada Gambar 4.2 (a), diagram mollier dibagi menjadi tiga bagian untuk membedakan tingkat keadaan rerigeran yaitu tingkat keadaan cairan super dingin (sub-cooled), uap basah dan uap super panas (super heat vapor) oleh garis cair jenuh (saturated liquid line) dan garis uap jenuh (saturated vapor line).

 Garis Cair Jenuh
Garis cair jenuh merupakan garis lengkung mulai dari sebelah kiri bawah sampai titik kritis. Pada garis cair jenuh ini tingkat keadaan cairan refrigeran mulai menguap. Daerah cairan super dingin yang temperaturnya lebih rendah dari cairan jenuh terletak di sebelah kiri garis cair jenuh. Sedangkan daerah uap basah yang merupakan campuran fase cair dan uap terletak disebelah kanan garis cair jenuh.

 Garis Uap Jenuh
Garis uap jenuh dunyatakan oleh garis lengkung di bagian kanan sampai titik kritis. Refrigeran pada garis uap jenuh berada pada tingkat keadaan uap jenuh kering. Sedangkan pada daerah uap super panas yang suhunya lebih besar dari uap jenuh berada di sebelah kanan dari garis uap jenuh. Jadi daerah uap basah berada diantara garis cair jenuh dan garis uap jenuh.

 Tekanan (Pressure) (P, dalam psia)
Tekanan dinyatakan pada sumbu ordinat. Garis tekanan tetap (isobar) menghubungkan titik-titik keadaan yang bertekanan sama yaitu garis horizontal. 4 Tekanan (P) dinyatakan dengan satuan lb/inch2 abs, atau dalam psia. (psia = pound per square inch absolute).

 Enthalpi (h, dalam BTU/lbm)
Enthalpi dinyatakan sebagai absis, oleh karena itu garis isoenthalpi adalah garis vertical.

 Temperature (t, dalam oF)
Pada daerah cair, garis temperatur tetap (isothermal) boleh dikatakan vertical. Pada daerah uap basah, garis isothermal sering kali tidak diperlihatkan karena garis isothermal horizontal berimpit dengan garis tekanan tetap (isobar) yang bersangkutan. Tetapi pada daerah uap super panas, garis isothermal agak melengkung menuju ke arah kanan bawah (Gbr 4.2.c).

 Derajat Kekeringan,
(x) Garis iso-derajat kekeringan menunjukkan besarnya derajat kekeringan dari uap basah, dimana garis ini merupakan garis-garis bagi dari garis-garis datar antara garis cair jenuh dan garis uap jenuh. Misalnya x = 1,0 menyatakan derajat kekeringan sama dengan satu, jadi menyatakan kondisi uap jenuh kering. X = 0,7 menyatakan kondisi uap basah dengan kandungan uap kering 70% dan cairan 30%. Perhatikan Gbr 4.2.d


0 komentar:

Posting Komentar